Kali ini saya mau sharing mengenai topik yang gak pernah habis dan memuaskan manusia, ya karir. Di antara banyak topik yang menarik perhatian manusia selain cinta, pastinya mengenai kekayaan atau tahta. Atau saya rangkum dalam sebuah istilah karir.

Pertama, asosiasi mengenai karir selalu dibatasi oleh batas sukses dan tidak sukses. Di antara penentuan keduanya ada yang dinamakan proses menuju sukses. Bagi yang percaya bahwa semuanya butuh proses, tidak seinstan mie instan. Eh, bukannya mie instan pun perlu buka dulu bungkus, panasin air, terus rebus baru deh dilahap. Yummy :). Saya termasuk yang percaya bahwa semua yang terjadi di alam semesta memerlukan proses. Proses menyiratkan perubahan dari kondisi awal hingga kondisi akhir. Ada elemen waktu di sana.

Saya ingin bercerita, pekan lalu saya bertemu para alumni beasiswa. Dulu saya masuk kuliah di Bandung beserta puluhan nyaris 100 siswa SMA/MA se-Jawa Barat tahun 2010. Bercerita mengenai update masing-masing. Ada yang sudah punya anak, ada yang sudah mendapatkan pekerjaan impian, bahkan ada yang sudah lulus S3. Tak terasa 10 tahun berlalu, 1 dekade. Kita yang masih unyu-unyu dulu sudah menjadi suami/ istri, ayah/ ibu, pemimpin, guru, dan sebagainya. Menjalankan peran masing-masing.

Karir yang ditempuh beda-beda. Saya sendiri saat ini menjadi dosen. Saya ingin mewakafkan diri saya sebagai seorang guru. Jadi dari segi karir, jalurnya sudah jelas jika ingin mengejar jabatan tertinggi, yaitu menjadi guru besar. Jika ingin menebar kebaikan sebanyak-banyaknya, terbentang banyak sekali salurannya. Dalam proses karir tersebut, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Saya tidak ujug-ujug menjadi dosen. Saya butuh 9 tahun agar bisa berkarir sebagai dosen. Dan menjadi dosen itu berat, karena tanggung jawab moral yang tinggi. Saya berharap para dosen semua di manapun berada, dapat menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Butuh keikhlasan untuk segala kegiatan yang dijalani.

Saya mengawali pekerjaan pertama saya sebagai seorang guru bimbel. Dulu pernah ikut olimpiade fisika, jadi saya ngajar fisika SMA. Lokasinya di Bandung. Anak-anak yang diajar berlatarbelakang keluarga menengah ke atas. Mereka dibesarkan di lingkungan yang memadai, ada juga yang SD dan SMP nya di luar negeri. Kemudian masuk SMA-SMA favorit di Bandung. Pengalaman pertama saya ngajar saya deg-degan. Bukankah demikian? segala sesuatu yang merupakan first experience kita, selalu ada desir dan adrenalin yang menantang.

Saya lanjut kuliah S2 di kampus yang sama sambil mroyek bareng dosen. Saya beberapa kali ditunjuk sebagai koordinator projek. Di perjalanan S2 itu, saya mulai mengenai beberapa orang dengan bidang spesifik masing-masing. Ada yang konsen di migas secara profesional maupun akademisi, ada yang di geologi teknik, mineral, dan masih banyak lagi. Saya mulai berusaha membuka diri, bahwa semua permasalahan kompleks diselesaikan dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda. Saya sempat ikut pertukaran pelajar ke Jepang dan ada juga pelatihan ke Malaysia. Semua saya coba. Kuliah S2, mroyek, panitia konferensi, pertukaran pelajar, main game juga :D.

Saya lanjut kemudian menjadi honorer di Pusair. Banyak ke lapangan untuk eksplorasi air, sambil nyambi juga jadi konsultan individu di Aresta Karya Mandiri. Saya keliling Indonesia dalam waktu 1,5 tahun. Cukup banyak daerah yang saya kunjungi. Menyelesaikan permasalahan geologi yang biasa timbul di berbagai sektor, industri dan instansi. Termasuk saya menjadi wellsite geologist di perusahaan kontraktor pemboran. Saya juga nulis buku, buka channel Youtube. Semua saya jalani. Ternyata, saya gak ada pekerjaan ya :D. Banyak banget waktu lowongnya, sampai semua dilakuin. Saya ketemu banyak orang dengan latar belakang dan bidang yang berbeda, level akademik S1 hingga profesor, para praktisi dan profesional, dan sebagainya. Dua, yang saya belum merasakan atmosfernya, para pengusaha dan politisi. Saya meyakini, semua yang ada di alam semesta ini saling terkait. Ada sebab-akibat. Menjalani kehidupan, kita dapat saja menemukan kejadian yang tak terduga di depan.

Banyak rekan saya yang tidak selalu mesti bekerja sesuai bidang. Kita semua bisa menjadi apa saja yang kita inginkan. Saya menemukan banyak orang yang terbebani dengan kata dan omongan orang lain, termasuk keluarga. Harus menjadi ini dan ini. Saya mulai berusaha menyadari dan mencoba menerima dengan lapang dada. Bahwa kita harus bertanggung jawab tentang pilihan kita. Merdeka lah sebebas-bebasnya. Kita berhak menjalani kehidupan dengan apa yang kita yakini. Belajar terus sebanyak-banyaknya, susunlah menjadi informasi, temukan insipirasi, dan menjadi bijaklah.

Tulisan ini terkhusus bagi yang sedang ketakutan, stres, bingung, mengenai masa depan. Masa depan memang tidak pasti, seperti kabut, perlu keyakinan semuanya akan jelas pada waktunya. Akan indah pada waktunya. Pelangi muncul setelah langit gelap berlalu. Kita punya kesehatan dan waktu, manfaatkan dengan baik. Kalaupun tidak ada salah satu dari keduanya, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur.

News Landing - Information Factory Information Factory
Sumber: theifactory.com

Sedikit: kita hidup di era informasi yang berseliweran. Tidak sempat kita meresapi sumsum informasi. Heningkan sejenak, kumpulkan semua, ada insight di sana. Kita bisa mendapatkan wisdom kehidupan. Jika tidak hari ini, yakinlah suatu saat ada.