Hai, gimana kabarnya teman-teman setia Geodestinasi? 🙂

Kali ini saya mau cerita apa itu Wellsite Geologist. Oke, jadi simpelnya Wellsite Geologist itu adalah orang geologi yang jaga sumur, hehe. Tapi bukan sembarang jaga, ada hal yang dia catat dan dia analisis.

Biar gampangnya, saya ambil contoh. Kemarin saya habis pulang dari Gorontalo, jadi Wellsite Geologist di sana untuk pengeboran air tanah. Jadi tugas saya itu, mengawasi kegiatan pemboran dari mulai pilot hole, logging, reaming hole, dan harusnya hingga uji pemompaan (pumping test).

Ini lokasi waktu ngebor

Pilot Hole

Pilot hole ini awal mula bor dimulai, jadi pilot, pendahulu gitu. Waktu itu diameter lubangnya 8″, alat yang kita pakai jenis rotary spindle. Pilot hole kita punya target kedalaman 90 m, nanti dilanjutkan pembesaran lubang (reaming). Tugas saya sebagai wellsite geologist mencatat Static Well Level (SWL) sebelum dan setelah kegiatan pemboran selesai. Terus ada parameter fisik lumpur yang harus diukur pakai alat namanya Intelligent Meter, alat ini nanti ngukur tingkat salinitas, Total Dissolve Solid (TDS), suhu, electricity, dan pH. Karena ada dugaan infiltrasi air laut, parameter yang dikontrol ketat itu salinitas dan TDS. Kalo airnya asin atau payau, nilai dua parameter itu tinggi dari yang sebelum-sebelumnya. 

Ini dia Intelligent Meter 

Nah, di Pilot Hole ini juga, tugas utama geologist itu deskripsi cutting yang keluar dari hasil pengeboran. Kekuatan seorang geolog adalah observasi dan analisis. Jadi, hasil deskripsi batuan yang digerus mata bor ini nanti keangkat naik lewat sumur dan mengalir ke mud pit. Sebelum ke mud pit ini, cutting diambil dan dideskripsi. Ada sampel basah dan kering. Hasil deskripsi batuan ini akan dibuat log litologi untuk disandingkan dengan log-log yang lain untuk memperkuat analisis posisi screen yang harus ditaruh.

Tak lupa, data seperti Rate of Penetration (ROP) juga dicatat. Kalo ketemu litologi yang keras, biasanya ROP relatif lambat gitu, kalo yang lunak kayak lempung, ROP nya cepet.

Ini dia cutting hasil pengeboran, litologinya itu andesit dan tuf.

Mud Pit, kolam lumpur, lumpurnya dibuat dari adonan air dan bentonit. Makin kental mud nya nanti cutting yang keangkat lebih gede terus bisa bikin cepet ngebornya juga. Tapi hati-hati kalo ketemu akuifer, mud yang kentel bisa ngaruh ke akuifernya.

Logging

Logging ini pakai alat khusus, ada log Sp, terus Gamma, dan Resistivity. Pokoknya nanti muncul grafik-grafik gitu, bisa jadi data penting untuk interpretasi lapisan akuifer. Akuifer ini mengandung air dan akan ditaruh saringan (screen). Kalo yang bukan akuifer, nanti dipasangnya pipa buta, bahannya bisa stainless steel atau galvanis.  Tahap logging ini menjadi penting karena ditambah dengan log litologi akan menjadi dasar penentuan kegiatan selanjutnya untuk konstruksi. Berapa batang pipa screen dan berapa batang pipa buta yang mesti dilas dan siap untuk dikonstruksi nantinya. Ohia, interpretasi ini jadi andalannya orang geologi. Dengan data yang banyak dan bervariasi, satu orang dengan orang lain bisa beda interpretasi. Kasus di Gorontalo ini memang banyak rekahan yang terisi mineral seperti kalsit, ada juga alterasi mineral klorit. Data log yang menjadi dasar paling utama di log Resistivity dan log Sp. Kalo log Gamma datar semua karena memang homogen litologinya andesit.   

Kayak gini contoh log. Gambarnya saya ambil dari https://mountsopris.com/items/40grp-1000-combination-gamma-and-resistivity-probe/

Reaming Hole

Reaming Hole pembesaran lubang. Dengan kekerasan litologi yang tinggi, reaming dimulai dengan diameter 10″ untuk kemudian diteruskan dengan diameter 12″.

Konstruksi

Pumping Test

Dua di atas terakhir dilanjut lain waktu bahasannya. Kalo untuk pumping test sih nanti uji pemompaan gitu, outputnya berapa sih debit air yang optimum bisa diambil, itu ada banyak hitung-hitungan rumusnya.

Oke, sekian dulu ya ^^

Terimakasih sudah berkunjung. Tetap pantengin terus website ini. 

Ada banyak keindahan di Gorontalo, ini fotonya