Ketemu lagi dengan saya, Admin Geodestinasi. Sebelum membahas materi sesuai judul postingan kali ini, saya mau sedikit intro dulu, mungkin sekalian promosi, hehe. Ga papa ya. Dikit koq.

Oke, saya punya beberapa blog. Yaitu Ujung Destinasi yang dulu awalnya bernama Hujung Destinasi. Sebuah blog wordpress berisi perjalanan mendaki gunung juga mengenai ilmu geologi. Saya buat awal 2012. Kemudian awal 2017 namanya berubah menjadi Ujung Destinasi. Kalian bisa temukan di berbagai medsos mainstream kecuali Twitter karena belum buat. Kalian bisa cari di Youtube, WordPressnya ada, Facebooknya juga, bahkan IG ada lho. Ujung Destinasi saat ini fokus pada dunia tulis menulis dan komunikasi sains dalam bahasa populer.

Blog kedua yaitu Blog Destinasi berisi perjalanan keliling Indonesia dan Luar Negeri, serta blog terakhir adalah Geodestinasi yang memfokuskan bahasan untuk topik geologi saja. 

– Admin

Saya juga Co-Founder Geo-Water Channel Indonesia. Sebuah kanal Youtube yang banyak sharing mengenai karir, geologi, air tanah, dan tips trik menarik lainnya dalam kehidupan ^^.

Oke, cukup sudah promosinya. Lanjut serius dulu.

Dosen. Apa yang kalian bayangkan jika mendengar kata ini?

Dari sisi karir.

Dari sisi akademik.

Dari sisi penghasilan mungkin.

Atau dari sisi kehidupan yang lain.

Ketika kecil, saya pernah bertemu dengan salah satu Manager Humas (mungkin namanya, CMIIW) PT. Chevron Geothermal Salak. Sebuah perusahaan yang memberikan tanggung jawab sosial, atau bahasa kerennya Corporate Social Responsibility (CSR). Di bidang pendidikan salah satunya. Belio bertanya, pengen jadi apa? Saya ditanya saat saya akan tes masuk ke Geologi ITB. Saya bilang dengan lepas saja, guru.

Bagi saya, dosen adalah salah satu jenis guru. Saya akan banyak menceritakan wejangan dari para senior. Saat di Medan, di Lapangan Merdeka, yang depan Stasiun Medan itu, di tengah hari cerah ditemani cangkir kopi dan kue, seorang dosen senior yang juga adalah orang yang saya temui pertama kali saat workshop di Malaysia, berkata seperti ini:

Dosen itu harus ikhlas untuk beramal, jangan mengharapkan gaji besar, buatlah konsultan atau semacamnya kalau mau ngejar kebutuhan uang. Ya.

– Wejangan senior

Sebentar saya pikir-pikir. Ada benarnya. Banyak guru-guru kita, juga dosen, yang telah mengajarkan ilmu dengan ikhlas. Kalau diberikan kalkulasi perhitungan, lebih banyak yang diberikan daripada apa yang mereka dapatkan. Bukankah kita sering mendengar kabar bahwa banyak guru yang status “kesejahteran karyawan” kurang, semisal digaji sedikit atau bahkan ada yang dirapel. Saya sih berharap, semua merata bisa ada perbaikan.

Jadi dosen, kata pembimbing saya adalah pilihan terakhir jika tidak mendapat pekerjaan. Memang saya rasakan demikian. Tapi jika saya harus menerima dengan lapang dada. Bahwa profesi dosen adalah untuk mengabdi kepada kemanusiaan. Kalau seorang Sapardi Djoko Damono bilang menulis adalah bekerja untuk keabadian. Doa saya semoga para guru dan dosen mengalir terus amalannya hingga menembus ruang dan waktu di masa mendatang.

Bagaimana refleksi saya selama satu tahun menjadi dosen. Gugup? Iya pertama kalinya gugup dan saya mendapat evaluasi yang banyak dan mendalam. Seterusnya? Saya belajar memahami, bahwa tugas dosen lebih besar, agar mahasiswa mampu menjadi long life learner. Pembelajar sepanjang hayat. Dosen juga memiliki darma yang lain, mentransformasikan ilmu pengetahuan ke masyarakat, dan tentu saja melakukan perkembangan sains atau teknologi.

Jadi dosen? Tidak dikatakan sebagai prosesi yang buruk jika melihat dari karir. Jenjangnya sudah jelas, bahwa paling tinggi jadi profesor. Sebuah jabatan dengan kecakapan mumpuni di bidang sains atau teknologi. Apa bisa fleksibel? Bisa sekali. Saya bahkan masih bisa memberikan pekerjaan ke adik-adik kelas saya agar bisa mengerjakan permintaan proyek. Mesti tidak sering, tapi cukup untuknya membeli sebungkus dua bungkus makan selama satu tahun.

Selain itu, saya juga bisa nulis buku. Buku kedua saya sedang proses terbit di penerbit mayor. Doakan akhir tahun ini, jika pandemi berakhir, bisa mampir di toko buku kesayangan Anda 🙂

Kalau novel pertama saya berkisah tentang Bandung Patahan, buku kedua saya bercerita tentang Perjalanan Mapping di Hutan.

Salam Hangat bagi yang baru mampir, sampai ketemu di tulisan berikutnya.

5 Things You Need to Know About University Lecturers
sumber: whatuni.com